25 April 2009

MAKNA TAHUN BARU IMLEK

PERAYAAN CAP GO ME 2009,
OLEH MAKIN (MAJELIS AGAMA KONGHUCU INDONESIA) SURABAYA
DI BALLROOM HOTEL SANGRI-LA SURABAYA, 8 FEBRUARI 2009

Tahun Baru Imlek memiliki makna spiritual, sosial, budaya. Saat Tahun Baru Imlek juga menjadi suatu momentum untuk saling introspeksi dan besosialisasi serta saling berbagi. Umat akan berhenti bekerja sejenak untuk memeriksa apa yang telah dijalaninya sepanjang tahun berlalu, merengung apa yang dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan, meneliti apakah perbuatannya selalu di dalam kebajikan atau masih belum, inilah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tian dan leluhur sebagai wujud laku bakti dan satya kepadaNya.
Tahun baru juga merupakan momentum untuk memperbaharui diri. Setelah memeriksa diri dari kekurangan- kekurangan, membulatkan tekad dan mengobarkan semangat untuk memperbaiki dan memperbaharuinya di tahun mendatang, sebagai sujud dan prasetya kepada sang Khalik. Sebagai umat KongHuCu, iman dan satya kepada Tian, Tuhan yang Maha Esa, itu berarti senantiasa teguh dan taat menjalankan firman Tian yang mengejawantah di dalam diri tiap insane dalam bentuk watak sejati, yaitu dengan melaksanakan Dao/ jalan suci yang dibimbingkan oleh Nabi KongZi.
Menyambut perayaan CapGoMe yang merupakan penutup rangkaian imlek, MAKIN (Majelis Agama Konghucu Indonsesia) Surabaya menggelar Yuan Xiao 2560/2009. Acara ini di gelar di Ballroom Hotel Sangri-La Surabaya, pada Minggu 8 Februari 2009.
Perayaan diawali dengan penampilan Seni Rampak 8 Tambur oleh Tim Leong & Samsi Ksatria Surabaya. Kemeriahan dan gemuruh suara tambur tersebut menandakan akan dimulainya musim tanam, tutur Hadi Gunawan selaku Penanggungjawab Internal Barongsay Ksatria. Kemudian dilanjutkan dengan paduan suara remaja Pak Kik Bio Surabaya menyanyikan lagu Indonesia Raya & Mars Pemuda Konghucu.
Pagelaran ini juga dimeriahkan oleh music tradisional TiongKok dari Grup Kesenian Kemuning Surabaya. Acara dilanjutkan dengan pemberian plakat kepada para tokoh konghucu yang hadir, termasuk rohaniawan Konghucu. Menurut ketua panitia acara, Haelambang Widji, penghargaan ini diberikan bagi mereka yang telah berjuang agar agama Konghucu diakui secara resmi.
Sejumlah pertunjukan tari juga ditampilkan, seperti tari Gong Xi Fa Cai, dan tari Jien Shou Kwan Yin (Dewi Seribu Tangan), oleh grup tari Wijaya Kusuma Surabaya. Dan tak kalah serunya dengan adanya pertunjukan 4 barongsay, 1 qilin, dan 1 liang-liong dari Tim Leong & Samsi Ksatria Surabaya. Hal ini juga merupakan ucapan syukur pada Thian, lanjut Hadi Gunawan yang sekaligus sebagai Sekretaris PERSOBARIN (Persatuan Seni Olah Raga Barongsay Indonesia) Kota Surabaya.
Menurut Haelambang Widji, Perayaan kali ini dilangsungkan untuk memberikan pendidikan pada generasi muda, menurutnya: imlek tidak hanya dirayakan secara hura-hura, tetapi juga silahturami dan interospeksi diri. Karena itu, Perayaan ini juga diisi dengan doa bersama yang dipimpin Wense Titis Triwarsi “ agar kehidupan menjadi lebih baik, manusia harus sering interospeksi diri”.
Imbauan serupa juga disampaikan oleh ketua MAKIN (Majelis Agama Konghucu Indonesia) PAK KIK BIO Surabaya, TaoChin Drs Surya Adjie, dan Wakil Ketua MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia), JiaoSen Dede Hasan Sanjaya. Keduanya memberikan penekanan bahwa pentingnya menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan pada generasi muda sekarang.

0 comments: